Breaking News

Selasa, 02 September 2025

Kontradiksi Metodologis dalam Klaim Salafi/Wahabi terhadap Pemahaman Salaf: Telaah Epistemologis dan Teologis

 

Oleh : Abi Aufa


Pendahuluan

Kelompok Salafi/Wahabi sering mengklaim bahwa mereka adalah pengikut setia metode salaf dalam memahami nash-nash sifat Allah. Mereka menolak takwil dan menyatakan bahwa sifat-sifat Allah harus dipahami sesuai dengan makna zahir teks, tanpa menyerupakan Allah dengan makhluk. Namun, pendekatan ini justru membuka ruang bagi akal untuk membayangkan zat Allah dalam ruang dan arah, yang bertentangan dengan prinsip salaf sejati.


1. Klaim Kemurnian Teks dan Konsekuensi Akal

Salafi/Wahabi menetapkan sifat seperti istiwa dengan makna zahir sebagai bersemayam di atas ‘Arsy. Meskipun mereka menolak bahwa Allah bertempat, pemahaman zahir tersebut secara nalar membuka peluang bagi akal untuk membayangkan keberadaan Allah dalam ruang.

“Menetapkan makna zahir tanpa menjelaskan hakikatnya adalah bentuk ambigu yang membuka ruang bagi pemikiran tajsim, meskipun secara verbal mereka menolaknya.”


2. Konsistensi Salaf: Tanpa Kaifiyah dan Tanpa Makna

Imam Ahmad bin Hanbal, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qudamah dalam Lum’atul I’tiqad, menyatakan:

“Kami beriman kepadanya, membenarkannya tanpa kaifiyah dan tanpa makna.”
ونصدق بها بلا كيف ، ولا معنى
(Ibnu Qudamah, Lum’atul I’tiqad, hlm. 8)

Ini menunjukkan bahwa salaf tidak memahami nash sifat dengan makna zahir, bahkan mereka menolak memberi makna sama sekali untuk menjaga kesucian zat Allah dari bayangan akal.


3. Penolakan Salaf terhadap Pemahaman Zahir

Beberapa ulama besar secara eksplisit menolak pendekatan zahir terhadap nash sifat:

  • Imam Bukhari, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari:

“Tujuan Bukhari dalam bab ini adalah membantah Jahmiyah dan Mujassimah yang bergantung pada makna zahir.”
غرض البخاري في هذا الباب الرد على الجهمية المجسمة في تعلقها بهذه الظواهر
(Ibnu Hajar, Fathul Bari, 13/416)

  • Imam Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan:

“Sebagian orang membaca dan menafsirkannya sesuai zahir bahasa. Ini adalah pendapat musyabbihah.”
وقال بعضهم: نقرؤها ونفسرها على ما يحتمله ظاهر اللغة. وهذا قول المشبهة
(Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, 6/254)


4. Evaluasi Epistemologis

Pendekatan salaf sejati menunjukkan konsistensi epistemologis:

  • Menolak makna zahir.
  • Tidak memberi ruang bagi akal untuk membayangkan zat Allah.
  • Menyerahkan hakikat kepada Allah tanpa menetapkan arah, tempat, atau bentuk.

Sebaliknya, pendekatan Wahabi:

  • Menetapkan makna zahir.
  • Menolak konsekuensi logis dari makna tersebut.
  • Menghindari penjelasan rasional, sehingga terjebak dalam ambiguitas metodologis.

Kesimpulan

Klaim Salafi/Wahabi sebagai pengikut salaf tidak dapat dipertahankan secara metodologis. Salaf sejati seperti Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan Imam Qurthubi menunjukkan pendekatan yang konsisten dalam menjaga kemurnian tauhid, tanpa membuka ruang bagi akal untuk membayangkan zat Allah. Maka, pendekatan Wahabi justru bertentangan dengan prinsip salaf yang mereka klaim ikuti.

Read more ...

Kamis, 26 September 2019

SAAT TURUN SUJUD, TANGAN DULU ATAU LUTUT DULU?


Oleh : Abi Aufa

Bagian I
Mungkin diantara kita masih ada yang bingung saat kita hendak turun kepada sujud, manakah yang harus didahulukan,tangan dulu atau lutut dulu?

Langsung saja kita liat penjelasan ulama yang diakui seluruh umat islam, tanpa sok merasa paling pintar terhadap Al-Quran dan Hadits, karena para ulama sangat paham terhadap dalil2 syariat dibandingkan kita.

1.    Imam Nawawi
Di dalam kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab beliau menjelaskan

مَذْهَبُنَا أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ أَنْ يُقَدِّمَ فِي السُّجُودِ الرُّكْبَتَيْنِ ثُمَّ الْيَدَيْنِ ثُمَّ الْجَبْهَةَ وَالْأَنْفَ قَالَ التِّرْمِذِيُّ وَالْخَطَّابِيُّ وَبِهَذَا قَالَ أَكْثَرُ الْعُلَمَاءِ وَحَكَاهُ أَيْضًا الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ عَنْ عَامَّةِ الْفُقَهَاءِ وَحَكَاهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَالنَّخَعِيُّ وَمُسْلِمُ بْنُ بشار وسفيان الثوري واحمد واسحق وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ قَالَ وَبِهِ أَقُولُ
(المجموع شرح المهذب 3/421)

Mazhab kami (Imam Asy-Syafi’i) berpendapat, “Dianjurkan meletakkan kedua lutut terlebih dahulu ketika sujud, setelah itu kedua tangan, lalu dahi dan diakhiri hidung”.

At-Tirmidzi dan Al Khatthabiy berkata : “Inilah yang dikemukakan oleh sebagian besar ulama”.

Al-Qadhi Abu At-Thayyib juga meriwayatkan pendapat ini dari para Fuqaha secara keseluruhan.

Ibnu Al-Mundziri meriwayatkannya dari Umar bin khatthab رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, An-Nakha’i, Muslim bin basyar, Ats-Tsauri, Ahmad, Ishaq dan kalangan ahli ra’yi.
Ibnu Al-Mundziri berkata : “Inilah pendapatku”.
(Al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab 3/421)

Bahkan untuk menguatkan pendapat ini imam Nawawi membawakan perkataan Al Khatthabiy, yaitu ;

وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ هُوَ أَثْبَتُ مِنْ حَدِيثِ تَقْدِيمِ الْيَدَيْنِ وَهُوَ أَرْفَقُ بِالْمُصَلِّي وأحسن في الشكل ورأى العين
(المجموع شرح المهذب 3/421)

Telah berkata Al Khatthabiy, “(hadits yang mendahulukan lutut) ini lebih kuat dari hadits yang mendahulukan kedua tangan, dan cara ini lebih bagus untuk orang yang shalat, lebih indah bentuknya dan lebih asri untuk dipandang.
(Al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab 3/421)

Bersambung...


Read more ...

BERSEDEKAP DI DADA KETIKA SHALAT, TASYABBUHKAH?

Oleh : Abi Aufa

Menjawab judul diatas jujur gak berani, tetapi ada ulama yang menyinggung masalah ini di dalam kitabnya...

Gak mau berlama² langsung aja kita liat kitab Ibnu Qayyim al Jauziyyah salah seorang murid Ibnu Taimiyah

روى عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه نهي عن التكفير وهو وضع اليد على الصدر
(بدائع الفوائد ج ٣ ص ٩١)

Telah ada riwayat dari Nabi yang menyebutkan bahwa beliau melarang takfir; yaitu melarang meletakkan kedua tangan persis diatas dada.
(Bada’i al-Fawaid karya Ibnu Qoyyim al-Jauziyah)

Nah ayo...itu kitabnya ibnu qayyim lo,  bukan kitabnya ulama aswaja

Bagi yang ingin mendownload versi pdf silahkan klik tautan dibawah dan baca hal 982-983

Bada'i al-Fawaid Karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah


Dan biasanya kalau sudah seperti itu, tetangga sebelah suka bawa² hadits untuk melegalkan tuduhannya, diantaranya yang terkenal

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا لَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى

“Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nashrani."
(HR. Tirmidzi)

Masih ada satu lagi hadits pamungkasnya, yaitu

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka”
(HR Abu Dawud)

Udah itu aja😊😊😊


Note :
Video lengkapnya bisa dilihat
Cara Beribadahnya orang Yahudi

Read more ...

Minggu, 28 Juli 2019

Tata cara shalat menurut mazhab Syafi'i

Beginilah tata cara shalat menurut mazhab Syafi'i dan tentunya sudah sangat sesuai banget dengan Al Quran dan Sunnah



Read more ...

Kamis, 25 Juli 2019

SYAIR ABU NAWAS YANG MENJADI SEBAB PENGAMPUNANNYA

Ada satu kisah yang menganggumkan sebelum wafatnya Abu Nuwas, kononnya Abu Nawas sempat menulis untaian syair di secarik kertas, lalu diletakkan di bawah bantal.

Berikut bunyi untaian syairnya :

يا رَبِّ إِن عَظُمَت ذُنوبي كَثرَةً
فَلَقَد عَلِمتُ بِأَنَّ عَفوَكَ أَعظَمُ

"Duhai Tuhan, walau dosaku sangatlah banyak,
saya yakin kemaafan-Mu lebih banyak".

إِن كانَ لا يَرجوكَ إِلّا مُحسِنٌ
فَبِمَن يَلوذُ وَيَستَجيرُ المُجرِمُ

"Jika yang berharap pada-Mu cuma orang baik saja,
maka pada siapa lagi orang jahat bisa berlindung?".

أَدعوكَ رَبِّ كَما أَمَرتَ تَضَرُّعاً
فَإِذا رَدَدتَ يَدي فَمَن ذا يَرحَمُ

"Aku meminta pada-Mu dengan tulus seperti yang diperintahkan. Bila Engkau tolak tanganku, maka siapa lagi yang bisa memberikan rahmat?".

ما لي إِلَيكَ وَسيلَةٌ إِلا الرَجا
وَجَميلُ عَفوِكَ ثُمَّ أَنّي مُسلِمُ

"Cuma rasa harap, kemaafan-Mu yang cantik dan beragama Islam, yang Aku punya untuk menghadap-Mu".

Menurut mimpi rekannya, beliau mendapatkan ampunan Allah سبحانه وتعالى berkat untaian syair yang dibuatnya itu.

Dan jika kisah ini benar, maka tentu itu bukan semata-mata karena menulis syair tersebut, tapi karena untaian syair itu adalah curahan isi hatinya kepada Allah سبحانه وتعالى. Ungkapan jiwa dan keyakinannya saat itu.

Ya Rabb, untaian syair beliau ini juga curhatan isi hati kami, ungkapan jiwa dan keyakinan hamba-Mu yang lemah ini.🤲😢
Read more ...

Kamis, 11 Juli 2019

BENARKAH IMAM SYAFI'I رحمه الله تعالى MEMBENCI / MENCELA SUFI (TASAWWUF)???


Bagian II

Sebelumnya kita sudah membahas 1 perkataan imam syafi'i yang dipotong oleh para SaWah (salafi palsu/wahabi) untuk menolak ajaran tassawwuf. Kali ini saya akan lanjutkan kembali perkataan imam syafi'i yang dipahami secara serampangan.

Mereka mengutip perkataan imam syafi'i di dalam kitab "manaqib Syafi'i karya imam al Baihaqi"

سمعت أبا عبد الله الرازي يقول: سمعت إبراهيم بن المولد يحكي عن الشافعي أنه قال: لا يكون الصوفي صوفيا حتى يكون فيه أربع خصال: كَسُولٌ أكُول، نئوم، كثير الفضول.
(مناقب الشافعي للبيهقي ٢/٢٠٧)

Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan”.
(Manaqib asy-Syafi'i karya imam al Baihaqi Juz 2 hal 207)

Lagi² mereka yang menolak tasawwuf dengan mencukupkan perkataan imam syafi'i hanya sampai disini tanpa mau menerima penjelasan imam al Baihaqi sang pembawa berita yang pastinya lebih mengerti maksud perkataan imam syafi'i karena beliau salah satu ulama mazhab syafi'i yang membela pendapat imam mazhabnya dari pemahaman orang² yang keliru.

Agar tidak gagal paham, mari kita melihat penjelasan imam al Baihaqi mengenai penolakan sang imam terhadap ahli sufi (tasawwuf) masih dikitab yang sama dan halaman yang sama

وإنما أراد به ذمّ من يكون منهم بهذه الصفة، فأمّا من صفا منهم في الصّوفية بصدق التوكل على الله عز وجل، واستعمال آداب الشريعة في معاملته مع الله عز وجل في العبادة، ومعاملته مع الناس في العشرة – فقد حُكِيَ عنه أنه عاشرهم وأخذ عنهم.
(مناقب الشافعي للبيهقي -٢٠٨ ٢/٢٠٧)

Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini (sifat yang telah disebutkan diatas). Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.
(Manaqib asy-Syafi'i karya imam al Baihaqi Juz 2 hal 207 - 208)




Nah dengan begitu, sudah sangat jelas kalau imam syafi'i tidak menolak ahli sufi (tasawwuf) secara mutlak, karena dilain waktu beliau juga ada memuji para ahli sufi sesuai keterangan diatas (bagian I).

Sekarang kita akan lihat, siapakah imam al Baihaqi sang pengarang kitab diatas dan kenapa kita harus mengikuti penjelasan imam al Baihaqi untuk mengetahui maksud imam syafi'i sebenarnya...
Mari kita melihat perkataan Imam adz-Dzahabi di dalam kitabnya siyar a'lam an nubala :

وَلَوْ شَاءَ البَيْهَقِيّ أَنْ يَعمل لِنَفْسِهِ مَذْهَباً يَجتهد فِيْهِ؛ لَكَانَ قَادِراً عَلَى ذَلِكَ، لسعَة علُوْمه، وَمَعْرِفَته بِالاخْتِلاَف، وَلِهَذَا ترَاهُ يُلوِّح بِنَصْر مَسَائِل مِمَّا صَحَّ فِيْهَا الحَدِيْثُ
(سير أعلام النبلاء ١٨/١٦٩)

“Seandainya Al-Baihaqi mau membuat madzhab untuk dirinya di mana dia berijtihad, niscaya dia mampu melakukannya karena keluasan ilmu dan pengetahuannya tentang perselisihan ulama. Karena itu, kalian melihatnya membela permasalahan-permasalahan yang didukung oleh hadis sahih.”
(Siyar A’lam An-Nubala 18/169)




Yang ingin mendownload kita Siyar A'lam nya imam adz-dzahabi diatas silahkan klik tautan dibawah

Siyar A'lam An Nubala Juz 18

Jadi dalam hal ini sangat jelas imam Adz-Dzahabi sendiri mengakui keilmuan imam al Baihaqi dan mengatakan membela mazhab imam Syafi'i yang didukung oleh hadits² shahih.

Jadi jangan sok pintar memahami sendiri perkataan imam syafi'i tanpa mengikuti pemahaman dari murid² dan ulama² syafi'iyyah yang muktabarah dan lebih parahnya lagi mereka malah anti mazhab tapi sok paham maksud dari perkataan imam mazhab.
Read more ...

BENARKAH IMAM SYAFI'I رحمه الله تعالى MEMBENCI / MENCELA SUFI (TASAWWUF)???


Bagian II

Sebelumnya kita sudah membahas 1 perkataan imam syafi'i yang dipotong oleh para SaWah (salafi palsu/wahabi) untuk menolak ajaran tassawwuf. Kali ini saya akan lanjutkan kembali perkataan imam syafi'i yang dipahami secara serampangan.

Mereka mengutip perkataan imam syafi'i di dalam kitab "manaqib Syafi'i karya imam al Baihaqi"

سمعت أبا عبد الله الرازي يقول: سمعت إبراهيم بن المولد يحكي عن الشافعي أنه قال: لا يكون الصوفي صوفيا حتى يكون فيه أربع خصال: كَسُولٌ أكُول، نئوم، كثير الفضول.
(مناقب الشافعي للبيهقي ٢/٢٠٧)

Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan”.
(Manaqib asy-Syafi'i karya imam al Baihaqi Juz 2 hal 207)

Lagi² mereka yang menolak tasawwuf dengan mencukupkan perkataan imam syafi'i hanya sampai disini tanpa mau menerima penjelasan imam al Baihaqi sang pembawa berita yang pastinya lebih mengerti maksud perkataan imam syafi'i karena beliau salah satu ulama mazhab syafi'i yang membela pendapat imam mazhabnya dari pemahaman orang² yang keliru.

Agar tidak gagal paham, mari kita melihat penjelasan imam al Baihaqi mengenai penolakan sang imam terhadap ahli sufi (tasawwuf) masih dikitab yang sama dan halaman yang sama

وإنما أراد به ذمّ من يكون منهم بهذه الصفة، فأمّا من صفا منهم في الصّوفية بصدق التوكل على الله عز وجل، واستعمال آداب الشريعة في معاملته مع الله عز وجل في العبادة، ومعاملته مع الناس في العشرة – فقد حُكِيَ عنه أنه عاشرهم وأخذ عنهم.
(مناقب الشافعي للبيهقي -٢٠٨ ٢/٢٠٧)

Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini (sifat yang telah disebutkan diatas). Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.
(Manaqib asy-Syafi'i karya imam al Baihaqi Juz 2 hal 207 - 208)




Nah dengan begitu, sudah sangat jelas kalau imam syafi'i tidak menolak ahli sufi (tasawwuf) secara mutlak, karena dilain waktu beliau juga ada memuji para ahli sufi sesuai keterangan diatas (bagian I).

Sekarang kita akan lihat, siapakah imam al Baihaqi sang pengarang kitab diatas dan kenapa kita harus mengikuti penjelasan imam al Baihaqi untuk mengetahui maksud imam syafi'i sebenarnya...
Mari kita melihat perkataan Imam adz-Dzahabi di dalam kitabnya siyar a'lam an nubala :

وَلَوْ شَاءَ البَيْهَقِيّ أَنْ يَعمل لِنَفْسِهِ مَذْهَباً يَجتهد فِيْهِ؛ لَكَانَ قَادِراً عَلَى ذَلِكَ، لسعَة علُوْمه، وَمَعْرِفَته بِالاخْتِلاَف، وَلِهَذَا ترَاهُ يُلوِّح بِنَصْر مَسَائِل مِمَّا صَحَّ فِيْهَا الحَدِيْثُ
(سير أعلام النبلاء ١٨/١٦٩)

“Seandainya Al-Baihaqi mau membuat madzhab untuk dirinya di mana dia berijtihad, niscaya dia mampu melakukannya karena keluasan ilmu dan pengetahuannya tentang perselisihan ulama. Karena itu, kalian melihatnya membela permasalahan-permasalahan yang didukung oleh hadis sahih.”
(Siyar A’lam An-Nubala 18/169)

Yang ingin mendownload kita Siyar A'lam nya imam adz-dzahabi diatas silahkan klik tautan dibawah

Siyar A'lam An Nubala Juz 18

Jadi dalam hal ini sangat jelas imam Adz-Dzahabi sendiri mengakui keilmuan imam al Baihaqi dan mengatakan membela mazhab imam Syafi'i yang didukung oleh hadits² shahih.

Jadi jangan sok pintar memahami sendiri perkataan imam syafi'i tanpa mengikuti pemahaman dari murid² dan ulama² syafi'iyyah yang muktabarah dan lebih parahnya lagi mereka malah anti mazhab tapi sok paham maksud dari perkataan imam mazhab.
Read more ...
Designed By