Kesalahan Ust Yazid Jawas Dalam Menilai Dlaif Atsar Membaca
Yasin
Ada
sebuah buku kecil berjudul "Yasinan" yang ditulis oleh penganut
Wahabi di Indonesia, yaitu Ust Yazin bin Abdul Qadir Jawas (Dicetak oleh
Pustaka Abdullah Jl Masjid Meranti N0 11a Bungur Senen Jakarta Pusat, 2005).
Buku tersebut menghimpun sekitar 20 hadis berkaitan dengan keutamaan Surat
Yasin yang dianggapnya dlaif atau palsu. Anehnya yang ditampilkan adalah
pendapat para ulama yang mendlaifkan saya, sementara ulama yang menilainya
sahih justru disembunyikan.
Diantara
yang paling parah kesalahannya adalah ketika menilai dlaif sebuah atsar
Ghudlaif berikut ini:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِي أَبِي ثَنَا أَبُوْ الْمُغِيْرَةِ ثَنَا صَفْوَانُ
حَدَّثَنِي الْمَشِيْخَةُ اَنَّهُمْ حَضَرُوْا غُضَيْفَ بْنَ الْحَرْثِ
الثَّمَالِيَ حِيْنَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس
قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السُّكُوْنِي فَلَمَا بَلَغَ
أَرْبَعِيْنَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ فَكَانَ الْمَشِيْخَةُ يَقُوْلُوْنَ إِذَا
قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا قَالَ صَفْوَانُ وَقَرَأَهَا
عِيْسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ بْنِ مَعْبَدٍ (مسند
أحمد بن حنبل 17010)
"Para guru bercerita bahwa mereka mendatangi Ghudlaif bin
Hars al-Tsamali ketika penyakitnya sangat parah, seraya berkata: Adakah
diantara anda sekalian yang mau membacakan Yasin? Shaleh bin Syuraih al-Sukuni
yang membaca Yasin. Setelah ia membaca sampai pada ayat 40 Surat Yasin,
Ghudlaif meninggal. Maka para guru berkata: Jika Yasin dibacakan di dekat mayit
maka ia akan diringankan (keluarnya ruh) dengan Surat Yasin tersebut. (Begitu
pula) Isa bin Mu'tamir membacakan Yasin di dekat Ibnu Ma'bad" (Musnad
Ahmad No 17010)
Ust
Yazid Jawas berkata: Riwayat ini (مقطوع) Maqthu'. Yakni riwayat ini hanya sampai pada Tabi'in, tidak
sampai pada Rasulullah Saw. Sedangkan riwayat maqthu' tidak dapat dijadikan
hujjah (hal 35).
وَغُضَيْفٌ
صَحَابِىٌّ عِنْدَ الْجُمْهُوْرِ (روضة المحدثين للحافظ ابن
حجر 10 / 266)
"Ghudlaif adalah seorang sahabat menurut Jumhur
(mayoritas) ulama" (Raudlatul Muhadditsin 10/226)
Dan sudah maklum dalam ilmu Ushul Fiqh, bahwa semua 4 madzhab
menjadikan amaliyah sahabat sebagai sebuah dalil.
Ust Yazid Jawas berkata: "Apalagi riwayat ini juga
LEMAH, karena beberapa Syaikh yang disebutkan itu MAJHUL, tidak diketahui nama
dan keadaan mereka masing-masing" (hal 35)
Pernyataan
ini bertentangan dengan gurunya sendiri Syaikh al-Albani, ia berkata:
قُلْتُ
: فَهَذَا سَنَدٌ صَحِيْحٌ إِلَى غُضَيْفِ بْنِ الْحَارِثِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ وَرِجَالُهُ
ثِقَاتٌ غَيْرُ الْمَشِيْخَةِ فَإِنَّهُمْ لَمْ يُسَمُّوْا فَهُمْ مَجْهُوْلُوْنَ لَكِنْ
جَهَالَتُهُمْ تَنْجَبِرُ بِكَثْرَتِهِمْ لاَ سِيَّمَا وَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ
(إرواء الغليل 3/ 152)
"Saya berkata: Sanad ini sahih kepada Ghudlaif bin Haris.
Perawinya terpercaya, selain para guru yang tidak disebutkan, maka mereka
majhul. Tetapi kemajhulan ini tertutupi (tidak berpengaruh) karena banyaknya
jumlah mereka, apalagi mereka adalah Tabiin" (Irwa' al-Ghalil 3/152)
Ust
Yazid Jawas di akhir kesimpulannya berkata: "Jadi riwayat ini LEMAH DAN
TAK BISA DIPAKAI" (hal. 36)
Ini
adalah kesimpulan yang bertaklid pada ulama Wahabi Syaikh Albani dan tidak
benar, justru Amirul Mu'minin fil Hadis, al-Hafidz Ibnu Hajar memberi penilaian
yang berbeda. Beliau berkata:
وَهُوَ
حَدِيْثٌ حَسَنُ اْلإِسْنَادِ (الإصابة في تمييز الصحابة
للحافظ ابن حجر 5 / 324)
"Riwayat ini sanadnya adalah
hasan" (al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat
V/324)
Bahkan
Al-Hafidz Ibnu Hajar memastikan riwayat ini berstatus sebagai hadis marfu'
(yang disandarkan pada Nabi Muhammad Saw):
هَذَا
مَوْقُوْفٌ حَسَنُ اْلإِسْنَادِ وَغُضَيْفٌ صَحَابِىٌّ عِنْدَ الْجُمْهُوْرِ
وَالْمَشِيْخَةُ الَّذِيْنَ نَقَلَ عَنْهُمْ لَمْ يُسَمُّوْا لَكِنَّهُمْ مَا
بَيْنَ صَحَابِىٍّ وَتَابِعِىٍّ كَبِيْرٍ وَمِثْلُهُ لاَ يُقَالُ بِالرَّأْىِ
فَلَهُ حُكْمُ الرَّفْعُ (روضة المحدثين للحافظ ابن
حجر 10 / 266)
"Riwayat sahabat ini sanadnya adalah hasan. Ghudlaif adalah
seorang sahabat menurut mayoritas ulama. Sementara 'para guru' yang dikutip
oleh Imam Ahmad tidak disebut namanya, namun mereka ini tidak lain antara
sahabat dan tabi'in senior. Hal ini bukanlah pendapat perseorangan, tetapi
berstatus sebagai hadis yang disandarkan pada Rasulullah (marfu')"
(Raudlah al-Muhadditsin X/266)
Sumber
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar