Mengkaji Ulang
Tuduhan Hadis Palsu Kitab Ihya’ (Bag I)
(Ibnu Jauzi telah
menuduh 30-an hadis dalam kitab Ihya’ sebagai hadis palsu. Namun setelah dikaji
ulang berdasarkan penilaian ahli hadis lainnya ternyata banyak mengandung
kesalahan)
فى الجزء الاول
Hadis I
No. 39 Hal. 20
حَدِيْثُ
أَبِي ذَرٍّ " حُضُوْرُ مَجْلِسِ عِلْمٍ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ أَلْفِ
رَكْعَةٍ وَعِيَادَةِ أَلْفِ مَرِيْضٍ وَشُهُوْدِ أَلْفِ جَنَازَةٍ ، فَقِيْلَ يَا
رَسُوْلَ اللهِ : وَمِنْ قِرَاءَةِ اْلقُرْآنِ ؟ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: وَهَلْ يَنْفَعُ الْقُرْآنُ إِلَّا بِالْعِلْمِ ؟ "
** ذكره ابن الجوزي
في الموضوعات من حديث عمر ولم أجده من طريق أبي ذر .
‘Menghadiri
majlis ilmu lebih utama daripada salat (sunah) seribu rakaat, atau mengunjungi
seribu orang sakit, atau menghadiri janazah. Rasul ditanya: (apakah lebih
utama) dari membaca al-Quran? Rasul Saw menjawab: Bukankah al-Quran tidak
berguna kecuali dengan ilmu? (al-Iraqi: Hadis ini dicantumkan oleh Ibnu
al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at dari riwayat Umar, dan tidak saya temukan
dari riwayat Abi Dzar)
Ibnu
al-Jauzi:
Hadis
ini palsu. Salah satu perawi hadis ini bernama Mudzakkir, menurut Abu Bakar
al-Khatib: Ia adalah perawi matruk (ditinggalkan). Salah satu perawi lainnya
adalah al-Harawi, dia adalah al-Juwaibari, orang yang memalsukan hadis. Ahmad
bin Hanbal berkata: Ishaq bin Bahbah (salah satu perawi yang juga guru dari
al-Juwaibari) adalah orang paling pendusta (al-Maudlu’at I/223)
Jalaluddin
al-Suyuthi:
Hadis II
No. 146 Hal. 62
حَدِيْثُ
مُعَاذٍ " مِنْ فِتْنَةِ الْعَالِمِ أَنْ يَكُوْنَ الْكَلَامُ أَحَبَّ
إِلَيْهِ مِنَ الْاِسْتِمَاعِ " ص 62
** أخرجه أبو نعيم
وابن الجوزي في الموضوعات .
‘Diantara
cobaan orang yang berilmu adalah lebih senang berbicara daripada mendengarkan’
(al-Iraqi: Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Ibnu al-Jauzi dalam kitab
al-Maudlu’at)
Ibnu
al-Jauzi:
Hadis
ini batil baik secara sanad hadis atau perkataan sahabat. Hadis ini tidak
pernah diucapkan oleh Rasulullah, atau Muadz bin Jabal. (Dalam hal ini Ibnu
al-Jauzi memiliki dua jalur sanad) Dalam sanad yang pertama, terdapat Khalid
bin Yazid, yang menurut Yahya bin Ma’in dan Abu Hatim al-Razi: Dia sangat
pendusta. Dalam sanad ini juga terdapat perawi Jabarah bin Mughallis, menurut
Abdullah bin Ahmad: Hadis-hadisnya palsu. Menurut Ibnu Hibban: Jabarah
membalik-balikkan sanad hadis, dan me-marfu’-kan hadis yang mursal. Juga terdapat perawi
yang bernama Mindal bin Ali, yang dinilai dlaif oleh Imam Ahmad, Yahya bin
Ma’in dan Nasa’i. Menurut Ibnu Hibban: Ia berhak untuk ditinggalkan (matruk).
Dalam
sanad yang kedua, terdapat Thalhah bin Zaid. Nasa’i berkata: Ia hadisnya
ditinggalkan. Ibnu Hibban berkata: Tidak halal menjadikan hadisnya sebahai
dalil (hujjah). (al-Maudlu’at I/264)
Jalaluddin
al-Suyuthi:
Riwayat
ini disebutkan oleh al-Marhabi dalam kitab Fadl al-Ilmi. Dengan
demikian, prasangka yang dituduhkan kepada Khalid menjadi hilang. Begitu pula
diriwayatkan oleh al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus, juga oleh Ibnu
Mubarak dalam kitab al-Zuhd yang me-mauquf-kan riwayat tersebut
kepada Yazid. Hal yang sama juga diriwayatkan oleh Ibnu Abdi al-Barr dalam
kitab al-Ilmi, dan dia berkata: Seperti ucapan Yazid bin Abi Habib ini,
mulai awal hingga akhir, telah diriwayatkan dari Muadz bin Jabal dari beberapa
jalur berbeda yang terputus (al-La’ali al-Mashnu’ah I/203)
Ali
al-Kannani:
Jabarah
adalah seorang perawi yang dikutip hadisnya oleh Ibnu Majah (disebut sebanyak
22 kali). Ibnu Namir berkata: Dia orang yang sangat jujur. Maslamah bin Qasim
berkata: Dia terpercaya Insyaallah. Nashr bin Ahmad al-Baghdadi berkata:
Jabarah pada dasarnya sangat jujur, hanya saja Ibnu Hammani merusak
kitab-kitabnya. Ibnu ‘Adi berkata: Ia tidak pernah berdusta secara disengaja,
hanya lupa saja. Sedangkan Mindal, hadis-hadisnya telah diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan Ibnu Majah, dan tidak dituduh pendusta hadis. Dikutip dari Ibnu Ma’in
bahwa tidak ada kesalahan yang berarti pada Mindal, hadisnya boleh ditulis.
Ibnu Sa’d berkata: Mindal adalah dlaif, tapi sebagian ulama menerima hadisnya
dan menilainya sebagai orang yang bisa dipercaya, dia orang baik dan utama.
Dengan demikian secara global, hadis tersebut dlaif. Sementara menurut
al-Hafidz al-Iraqi, riwayat diatas adalah perkataan Yazid bin Abi Habib, yang
dikutip oleh Ibnu Mubarak dalam kitab al-Raqaiq wa al-Zuhd. (Tanzih
al-Syari’ah I/269)
Catatan
Penulis:
Imam
al-Ghazali mencantumkan teks dan riwayat ini sebanyak dua kali dalam kitab
Ihya’. Pertama dalam bab al-Ulama al-Akhirah, beliau menyebutnya sebagai
riwayat mauquf pada Muadz bin Jabal dan hadis marfu’. Kedua dalam bab al-Khaudl
fi al-Bathil, sebagai riwayat dari Yazid bin Abi Habib.
Hadis III
No. 148 Hal. 62
حَدِيْثُ
جَابِرٍ " لَا تَجْلِسُوْا عِنْدَ كُلِّ عَالِمٍ إِلَّا إِلَى عَالِمٍ
يَدْعُوْكُمْ مِنْ خَمْسٍ إِلَى خَمْسٍ : مِنَ الشَّكِّ إِلَى اْليَقِيْنِ ،
وَمِنَ الرِّيَاءِ إِلَى الْإِخْلَاصِ ، وَمِنَ الرَّغْبَةِ إِلَى الزُّهْدِ ،
وَمِنَ الْكِبَرِ إِلَى التَّوَاضُعِ ، وَمِنَ الْعَدَاوَةِ إِلَى النَّصِيْحَةِ
"
** أخرجه أبو نعيم في
الحلية وابن الجوزي في الموضوعات .
‘Janganlah
kalian duduk di sanding orang yang berilmu kecuali ia mengajak kalian dari 5
hal menuju ke 5 hal yang lain; yaitu dari ragu manuju yakin, dari pamrih menuju
ikhlas, dari cinta materi secara berlebih menuju zuhud (tidak mencintai
materi), dari sombong menuju merendahkan diri, dan dari permusuhan menuju
nasehat’ (al-Iraqi: Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitab al-Hilyah
dan Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu
al-Jauzi:
Ini
bukanlah perkataan Rasulullah Saw. Abu Nuaim berkata (al-Hilyah VIII/70)
: Ini adalah ucapan Syaqiq yang berceramah di hadapan murid-muridnya. Sehingga
orang-orang salah persepsi dan menganggapnya sebagai hadis marfu’.
(al-Maudlu’at I/257)
Jalaluddin
al-Suyuthi:
Abu
Nuaim berkata (al-Hilyah VIII/70) : Ini adalah ucapan Syaqiq yang
berceramah di hadapan murid-muridnya. Sehingga orang-orang salah persepsi dan
menganggapnya sebagai hadis marfu’ dan mereka mencantumkan sanadnya. (al-La’ali
al-Mashnu’ah I/194)
Hadis IV
No. 160 Hal. 68
حَدِيْثُ
أَنَسٍ " الْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ الرُّسُلِ عَلَى عِبَادِ اللهِ تَعَالَى
مَالَمْ يُخَالِطُوْا السَّلَاطِيْنَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ فَقَدْ خَانُوْا
الرُّسُلَ فَاحْذَرُوْهُمْ وَاعْتَزِلُوْهُمْ " (مرتين)
** أخرجه العقيلي في
الضعفاء ، وذكره ابن الجوزي في الموضوعات .
‘Ulama
adalah kepercayaan para Rasul atas hamba-hamba Allah, selama mereka tidak
berbaur dengan para raja (pemerintah). Jika mereka melakukan hal itu, maka
mereka telah berkhianat kepada para Rasul. Maka waspadalah terhadap mereka dan
jauhilah mereka’ (al-Iraqi: Diriwayatkan oleh al-Uqaili dalam kitab al-Dlu’afa’
dan Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu
al-Jauzi:
Hadis
ini bukan dari Rasulullah Saw. Dalam riwayat tersebut terdapat Umar al-Abdi,
menurut Ahmad bin Hanbal: Kami membakar hadisnya. Yahya bin Ma’in berkata: Dia
tidak ada apa-apanya. Nasa’i berkata: Dia matruk. Ada juga perawi Ibrahim bin Rustum, Ibnu ‘Adi
mengomentarinya: Dia tidak dikenal. Sementara Muhammad bin Muawiyah dinilai
oleh Ahmad bin Hanbal sebagai orang yang sangat pendusta. (al-Maudlu’at I/262)
Jalaluddin al-Suyuthi:
Hadis ini tidak palsu. Karena
diriwayatkan melalui jalur lain, yaitu oleh Hasan bin Sufyan dalam Musnad-nya.
Diantara perawinya adalah Ibrahim bin Rustum, ia dikenal dengan al-Marwazi, dia
orang besar. Ibnu Hajar berkata dalam kitab Lisan al-Mizan bahwa Yahya
bin Ma’in dan Abu Hatim menilainya sebagai orang terpercaya. Menurutnya dia
berilmu fikih dan ibadah, semestinya adalah orang jujur. Ibrahim bin Rustum
pernah ditawari oleh khalifah al-Ma’mun untuk menjadi seorang hakim tetapi ia
menolak, dan dia termasuk orang yang dihormati oleh al-Ma’mun. Hal ini
disampaikan oleh al-Hakim dalam kitabnya al-Tarikh. (al-La’ali
al-Mashnu’ah I/200)
Al-Sakhawi dan al-’Ajluni:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-‘Askari
dari riwayat ‘Awam bin Hausyab dari Abi Shadiq dari Ali secara marfu’. Awam
adalah dlaif sanadnya. (al-Maqashid al Hasanah I/160 dan Kasyf al-Khafa’ II/87)
Hadis V
No. 629 Hal. 203
حَدِيْثُ
" مَا مِنْ أَحَدٍ يَصُوْمُ أَوَّلَ خَمِيْسٍ مِنْ رَجَبَ ثُمَّ يُصَلِّي
فِيْمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ وَاْلعَتَمَةِ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً يَفْصِلُ
بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً وَإِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اِثْنَتَيْ عَشَرَةَ مَرَّةً ، فَإِذَا
فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ صَلَّى عَلَيَّ سَبْعِيْنَ مَرَّةً يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِ وَعَلَى آلِهِ ثُمَّ يَسْجُدُ
وَيَقُوْلُ فِي سُجُوْدِهِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً : سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ
الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ ، ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ وَيَقُوْلُ سَبْعِيْنَ
مَرَّةً : رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ
الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَةً أُخْرَى وَيَقُوْلُ فِيْهَا
مِثْلَ مَا قَالَ فِي السَّجْدَةِ الْأُوْلَى ثُمَّ يَسْأَلُ حَاجَتَهُ فِي سُجُوْدِهِ
فَإِنَّهَا تُقْضَى "
** في صلاة الرغائب
أورده رزين في كتابه وهو حديث موضوع .
‘Tidak seorangpun yang berpuasa di
awal hari kamis di bulan Rajab, kemudia di malam harinya antara salat maghrib
dan isya’ melakukan salat sunah sebanyak 12 rakaat dengan sekali salam setiap
dua rakaat, di setiap rakaat membaca al-Fatihah 1 kali, surat al-Qadr 3 kali,
dan al-Ikhlas 12 kali, selesai salat membaca salawat 70 kali, lalu sujud dan
membaca doa Subbuhun Quddusun Rabb al-Malaikati Wa al-ruh 70 kali,
kemudian bangun dari sujud dan membaca doa Rabbi ighfir wa irhamwa tajawaz
‘amma ta’lamu innaka anta al-a’azzu al-akramu, sujud lagi yang kedua dan
membaca doa yang sama dengan sujud pertama, terus meminta hajatnya ketika
sujud, maka akan dikabulkan’ (al-Iraqi: Hadis ini dikutip oleh Ruzain dalam
kitabnya, dan ini adalah hadis palsu)
Imam al-Nawawi:
Salat Raghaib, yaitu salat 12 rakaat
yang dilakukan antara salat Maghrib dan Isya’ di awal Jumat bulan Rajab, dan
salat malam Nishfu Sya’ban 100 rakaat, keduanya adalah bid’ah yang buruk dan
munkar. Jangan tertipu karena keduanya dicantumkan dalam kitab Qut al-Qulub
dan Ihya’ ‘Ulum al-Din, dan juga jangan tertipu dengan hadis-hadisnya,
kesemuanya adalah hadis batil (al-Majmu’ IV/56)
Hadis VI
No. 811 Hal. 259
حَدِيْثُ
" مَنْ وَجَدَ سَعَةً وَلَمْ يَفُدْ إِلَىَّ فَقَدْ جَفَانِي "
** أخرجه ابن عدي
والدارقطني في غرائب مالك وابن حبان في الضعفاء والخطيب في الرواة عن مالك في حديث
ابن عمر " مَنْ حَجَّ وَلَمْ يَزُرْنِي فَقَدْ جَفَانِي " وذكره ابن
الجوزي في الموضوعات . وروى ابن النجار في تاريخ المدينة من حديث أنس " مَا
مِنْ أَحَدٍ مِنْ أُمَّتِي لَهُ سَعَةٌ ثُمَّ لَمْ يَزُرْنِي فَلَيْسَ لَهُ عُذْرٌ
" .
‘Barangsiapa memiliki kelapangan
rezeki dan tidak berkunjung kepadaku, maka dia telah menyakiti aku’ (al-Iraqi:
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dan Daruquthni dalam kitab Gharaib Malik,
Ibnu Hibban dalam kitab al-Dluafa’, al-Khatib dalam kitab al-Ruwat
‘an Malik dalam hadis Ibnu Umar: ‘Barangsiapa beribadah haji dan tidak
berziarah kepadaku, maka dia telah menyakiti aku’, dan hadis ini dicantumkan
oleh Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at. Ibnu Najjar juga meriwayatkan
dalam kitab Tarikh al-Madinah dari hadis Anas: Tidak seorangpun dari
umatku yang memiliki kelapangan rezeki tapi tidak berziarah kepadaku, maka
tiada udzur baginya)
Ibnu al-Jauzi:
Dalam riwayat tersebut terdapa
Nu’man bin Syibli (al-Bahili). Menurut Ibnu Hibban: Dia membawa petaka dari
orang-orang terpercaya. Menurut Daruquthni: Kecacatan hadis ini adalah dari
Muhammad bin Muhammad, bukan dari Nu’man bin Syibli (al-Maudlu’at II/217)
Ali
al-Kannani:
Hadis
ini dikaji ulang, Zarkasyi berkata dalam kitab Takhrij Ahadits al-Rafi’i
bahwa hadis tersebut dlaif, dan Ibnu al-Jauzi bersikap keterlaluan yang telah
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at. Menurut Ibnu ‘Adi: Saya tidak
menemukan hadis-hadis gharib milik Nu’man yang melewati batas. (Tanzih
al-Syariah II/170)
Al-’Ajluni:
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam
kitab Takhrij Ahadits Musnad al-Firdaus bahwa hadis tersebut memiliki
jalur riwayat dari Umar. Hadis ini oleh Ibnu ‘Adi dan Ibnu Hibban dicantumkan
dalam kitab al-Dlu’afa’, oleh Daruquthni dalam kitab Gharaib Malik,
dan oleh al-Khatib dalam kitab al-Ruwat ‘an Malik. Dengan demikian,
tidak selayaknya menghukumi hadis tersebut sebagai hadis palsu. (Kasyf al
Khafa’ II/244)
Hadis VII
No. 1179 Hal. 335
حَدِيْثُ
" فَضْلُ : قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ
تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ
مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ () تُولِجُ
اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ
مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ
بِغَيْرِ حِسَابٍ [آل عمران/26، 27]
"
**
أخرجه المستغفري في الدعوات من حديث علي " أن فاتحة الكتاب وآية الكرسي
والآيتين من آل عمران شهد الله إلى قوله الإسلام وقل اللهم مالك الملك إلى قوله
بغير حساب معلقات ما بينهن وبين الله حجاب . . . الحديث " وفيه " فقال
الله لا يقرأكن أحد من عبادي دبر كل صلاة إلا جعلت الجنة مثواه . . . الحديث
" وفيه الحارث بن عمير وفي ترجمته ذكره ابن حبان في الضعفاء وقال موضوع لا
أصل له والحارث يروي عن الأَثبات الموضوعات . قلت : وثقه حماد بن زيد وابن معين
وأبو زرعة وأبو حاتم والنسائي وروى له البخاري تعليقا .
‘Keutamaan
membaca QS. Ali Imran: 26-27.’ (al-Iraqi: HR al-Mustaghfiri dalam kitab al-Da’awat
dari Ali. Salah satu perawinya adalah Haris bin Umair, oleh Ibnu Hibban
dicantumkan dalam kitab al-Dluafa’, dan dia berkata: Hadis ini palsu,
tidak ada dasarnya dan dia meriwayatkan hadis-hadis palsu dari Atsbat. Tetapi
ia (Harits) dinilai sebagai orang terpercaya oleh Hammad bin Yazid, Yahya bin
Ma’in, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Nasa’i, dan al-Bukhari meriwayatkannya sebagai
hadis mu’allaq)
Ali
al-Kannani:
al-Iraqi
ditanya mengenai hadis ini, dia menjawab: Para
perawi hadisnya dinilai terpercaya oleh ulama terdahulu, tetapi ulama
muta’akhirin mengomentari sebagian perawinya. Yang dibicarakan adalah Muhammad
bin Zanbur dan Harits bin Umair. Ibnu Zanbur dinilai terpercaya oleh Nasa’i dan
Ibnu Hibban, menurut Ibnu Khuzaimah: Dia dlaif. Sedangkan Haris bin Umair
dinilai sebagai orang terpercaya oleh Hammad bin Yazid, Yahya bin Ma’in, Abu
Zur’ah, Abu Hatim, Nasa’i, dan al-Bukhari meriwayatkannya sebagai hadis penguat
dalam kitab sahihnya, begitu pula pengarang kitab-kitab Sunan. Tetapi ia
dinilai dlaif oleh al-Hakim dan al-Dzahabi (Tanzih al-Syariah I/288)
Al-Hafidz Ibnu Hajar:
Hadis ini munkar, sebagaimana
menurut al-Dzahabi (Raudlah al-Muhadditsin X/54)
Hadis VIII
No. 931 Hal. 298
حَدِيْثُ
" يَا أَبَا هُرَيْرَةَ إِنَّ كُلَّ حَسَنَةٍ تَعْمَلُهَا تُوْزَنُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِلَّا شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَإِنَّهَا لَا
تُوْضَعُ فِي مِيْزَانٍ لِأَنَّهَا لَوْ وُضِعَتْ فِي مِيْزَانِ مَنْ قَالَهَا
صَادِقًا وَوُضِعَتِ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرَضُوْنَ السَّبْعُ وَمَا
فِيْهِنَّ كَانَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ أَرْجَحَ مِنْ ذَلِكَ "
** قلت وصية أبي
هريرة هذه موضوعة . وآخر الحديث رواه المستغفري في الدعوات " ولو جعلت لا إله
إلا الله " وهو معروف من حديث أبي سعيد مرفوعا " لو أن السماوات السبع
والأرضين السبع في كفة مالت بهن لا إله إلا الله " رواه النسائي في اليوم والليلة
وابن حبان والحاكم وصححه .
‘Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya
setiap kebaikan yang engkau perbuat akan ditimbang di hari kiamat, kecuali
kalimat syahadat La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah). Kalimat
itu tidak diletakkan dalam timbangan, sebab jika kalimat itu diletakkan dalam
timbangan seseorang yang mengucapkannya dengan keikhlasan dan titimbang dengan
langit tujuh, bumi tujuh dan seisinya, niscaya kalimat syahadat tersebut akan
mengunggulinya’ (al-Iraqi: Saya berkata bahwa wasiat kepada Abu Hurairah ini
adalah Palsu. Kalimat terakhir hadis tersebut diriwayatkan oleh al-Mustaghfiri
dalam kitab al-Da’awat, redaksi teks hadis terakhir diriwayatkan oleh
al-Nasa’i dalam kitab al-Yaum wa al-Lailah, Ibnu Hibban dan al-Hakim, ia
menilainya sebagai hadis sahih)
Al-’Ajluni:
Hadis ini riwayat al-Mustaghfiri
dari Abu Hurairah, yang populer adalah dari Abu Said al-Khudri, dengan redaksi
hadis:
لَوْ
وُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فِي كَفَّةٍ وَوُضِعَتِ السَّمَوَاتُ
وَالْأَرْضُ فِي كَفَّةٍ لَرَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
’Seandainya
kalimat La ilaha illallah diletakkan di telapak tangan, kemudian langit
dan bumi di telapak tangan yang lain, maka kalimat La ilaha illallah
akan lebih berat’. HR. Nasa’i, Ibnu
Hibban dan al-Hakim, keduanya menilai sahih (Kasyf al-Khafa’ II/174)Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar