Mengkaji Ulang
Tuduhan Hadis Palsu Kitab Ihya’ (Bag Akhir, IV)
(Ibnu Jauzi telah
menuduh 30-an hadis dalam kitab Ihya’ sebagai hadis palsu. Namun setelah dikaji
ulang berdasarkan penilaian ahli hadis lainnya ternyata banyak mengandung
kesalahan)
الجزء الرابع
Hadis XXV
No. 3737 Hal. 124
حديث
" مَا عَظُمَتْ نِعْمَةُ اللهِ عَلَى عَبْدٍ إِلَّا كَثُرَتْ حَوَائِجُ
النَّاسِ إِلَيْهِ فَمَنْ تَهَاوَنَ بِهِمْ عَرَضَ تِلْكَ النِّعْمَةَ لِلزَّوَالِ
"
** أخرجه ابن عدي
وابن حبان في الضعفاء من حديث معاذ بن جبل بلفظ " إِلَّا عَظُمَتْ مَؤُوْنَةُ
النَّاسِ عَلَيْهِ ، فَمَنْ لَمْ يَحْتَمِلْ تِلْكَ الْمَؤُوْنَةَ . . . الحديث
" رواه ابن حبان في الضعفاء من حديث ابن عباس وقال : إنه موضوع على حجاج
الأعور .
‘Semakin
besar nikmat dari Allah kepada seorang hamba, maka akan semakin banyak
kebutuhan orang lain kepadanya. Barangsiapa yang mempermainkan orang-orang (yang membutuhkan tersebut),
maka ia telah mempersiapkan lenyapnya nikmat tersebut’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan
oleh Ibnu ‘Adi dan Ibnu Hibban dalam kitab al-Dlu’afa’ dari Muadz bin
Jabal dengan redaksi yang berbeda. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam kitab
al-Dlu’afa’ dari Ibnu Abbas. Ibnu Hibban berkata: Hadis ini palsu, yang
disampaikan oleh Hajjaj al-A’war)
Al-Sakhawi
dan al-Fattanni:
Catatan
Penulis:
Diriwayatkan
juga oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Lisan al-Mizan (No: 937),
al-Qudla’i dalam al-Musnad (No: 743), Musnad Syihab (No: 798) dan Ibnu Abi
al-Dunya dalam Qada’ al-Hawaij-nya (No: 48)
Hadis XXVI
No. 3377 Hal. 296
حديث "
معاذ الطويل "
** بطوله في صعود الحفظة بعمل العبد ورد
الملائكة له من كل سماء ورد الله تعالى له بعد ذلك عزاه المصنف إلى رواية عبد الله
بن المبارك بإسناده عن رجل عن معاذ وهو كما قال رواه في الزهد وفي إسناده كما ذكر
من لم يسم ، ورواه ابن الجوزي في الموضوعات
‘Sesungguhnya Allah menciptakan
tujuh malaikat sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, kemudian Allah
menciptakan langit dan menjadikan malaikat sebagai penjaga pintu di setiap
langit. Maka malaikat pencatat amal naik ke langit dengan membawa amal
seseorang sejak pagi hingga sore. Amal itu bercahaya seperti matahari, hingga
ketika naik ke langit yang paling rendah, amal itu dibersihkan. Malaikat
penjaga itu berkata kepada malaikat pencatat amal: Pukulkan amal ini ke wajah
pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga ghibah (ngrumpi/rasan-rasan). Aku
ditugaskan oleh Tuhanku agar tidak meninggalkan perbuatan orang yang suka
ngrumpi. Kemudian datang malaikat pencatat yang membawa amal saleh, ia
membersihkannya dan memperbanyaknya, sehingga ketika sampai ke langit kedua,
malaikat penjaga berkata: Berhenti dan pukulkan amal ini ke muka pemiliknya. Ia
menghendaki dengan amalnya ini untuk mencari kesenangan dunia. Saya
diperintahkan oleh Tuhan saya supaya tidak meninggalkannya. Malaikat pencatat
amal naik dengan membawa amal yang bercahaya, amal sedekah, puasa dan salat.
Malaikat pencatat terkagum-kagum dan melewati langit ketiga. Malaikat penjaga
berkata: Berhenti dan pukulkan amal ini ke wajah pemiliknya. Aku adalah
malaikat ‘sombong’ yang diperintahkan oleh Tuhanku agar tidak meninggalkan
amalnya. Malaikat pencatat amal membawa amal seseorang yang berkilau seperti
bintang, amal tasbih, salat, haji dan umrah, hingga ia melewati langit keempat.
Malaikat penjaga berkata: Berhenti dan pukulkan amal ini ke perut dan pantat
pemiliknya. Aku adalah malaikat ‘bangga diri’. Tuhanku memerintahkan aku agar
tidak meninggalkan orang yang suka membanggakan diri. Malaikat pencatat membawa
amal yang seperti pengantin yang dihias ke langit kelima. Malaikat penjaga
berkata: Berhenti dan pukulkan ke wajah pemiliknya dan bebankan ke pundaknya.
Aku adalah malaikat ‘dengki’, dia telah iri hati kepada orang-orang yang
belajar dan beramal, dan dia selalu iri terhadap orang yang mendapat kebaikan
dalam ibadah, Tuhanku memerintahkan aku agar tidak meninggalkannya. Malaikat
pencatat membawa amal ibadah salat, zakat, haji, umrah dan puasa, mereka
melewati langit keenam. Maka malaikat penjaga berjata: Berhenti dan pukulkan ke
wajah pemiliknya. Dia tidak memiliki belas kasihan sedikitpun pada orang lain,
jika orang lain ditimpa musibah, maka ia bergembira. Aku adalah malaikat ‘kasih
sayang’ Tuhanku memerintahkanku agar tidak meninggalkan amalnya . Malaikat
pencatat itu membawa amal ibadah puasa, salat, nafkah, zakat, ijtihad dan
wira’i, amal itu menggelegar seperti petir dan bersinar seperti matahari, amal
itu dikawal oleh 3000 malaikat dan melewati langit ketujuh. Malaikat penjaga
berkata: Berhenti dan pukulkan ke wajah dan tubuhnya, kuncilah di dalam
hatinya. Aku menjadi penghalang bagi setiap amal yang tidak bertujuan mencari
ridla Tuhan. Dia beramal tidak karena Allah, dia menginginkan pangkat dan popularitas di kotanya. Aku
diperintahkan oleh Tuhanku agar tidak meninggalkan amal tersebut. Setiap amal yang
dilakukan tidak karena Allah, maka dia telah berbuat riya’ (pamer). Dan Allah
tidak menerima amal orang yang penuh pamrih..... (al-Iraqi: Hadis yang panjang ini tentang naiknya
malaikat pencatat amal dan peNo:lakan para malaikat di setiap langit,
sebagaimana menurut al-Ghazali, adalah riwayat Abdullah Ibnu Mubarak dari
Muadz, begitu juga dalam kitab al-Zuhd yang salah satu perawinya tidak
disebut. Hadis ini dicantumkan oleh Ibnu
al-Jauzi dalam kitab al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini palsu yang dikarang oleh seorang yang sudah masyhur, Ahmad bin
Abdullah al-Juwaibari dari Yahya bin Salam al-Ifriqi dari Tsaur bin Yazid. Juwaibari
adalah manusia paling dusta yang sudah banyak memalsukan hadis Rasul Saw tanpa
terhitung. Abdullah bin Wahb adalah tukang pemalsu hadis. Ibnu Hibban
menyebutnya: Dia adalah Dajjal, yang memalsukan hadis. Qasim al-Makfuf
digolongkan oleh Ibnu Hibban sebagai pemalsu hadis. Di jalur riwayat lain ada
Abd al-Wahid bin Zaid, menurut Yahya bin Ma’in: Dia tidak ada apa-apanya.
Menurut al-Bukhari, Nasa’i, dan Fallas: Dia matruk. Sedangkan perawi Ya’qub,
Ahmad, Hasan, Ali bin Ibrahim adalah orang-orang yang tidak diketahui. Dari
jalur Ali, kami tidak meragukan lagi kepalsuannya. Ada banyak perawi yang tidak diketahui, baik
identitasnya maupun perilakunya. Diantara perawinya adalah Qasim bin Ibrahim,
yang meriwayatkan hadis tanpa ada dasarnya. (al-Maudlu’at III/161)
Jalaluddin
al-Suyuthi
secara
umum Jalaluddin al-Suyuthi sependapat dengan Ibnu al-Jauzi (al-La’ali
al-Mashnu’ah II/284)
Ali
al-Kannani:
Hadis
ini disebutkan oleh al-Hafidz al-Mundziri dalam kitabnya al-Targhib dari
kitab al-Zuhd karya Ibnu Mubarak. Al-Mundziri berkata: Tanda-tanda
kepalsuan hadis ini sudah tampak baik secara riwayat maupun teks hadisnya.
Wallahu A’lam. (Tanzih al-Syariah II/289)
Hadis XXVII
No. 4138 Hal. 305
حديث
" إِنَّ اللهَ يَتَجَلَّى لِلنَّاسِ عَامَّةً وَلِأَبِي بَكْرٍ خَاصَّةً
"
** أخرجه ابن عدي من
حديث جابر . وقال باطل بهذا الإسناد وفي الميزان للذهبي أن الدارقطني رواه عن
المحاملي عن علي بن عبدة وقال الدارقطني أن علي بن عبدة كان يضع الحديث ورواه ابن
عساكر في تاريخ دمشق وابن الجوزي في الموضوعات من حديث جابر وأبي بردة وعائشة .
‘Sesungguhnya Allah menampakkan kepada manusia secara
umum, dan kepada Abu Bakar secara khusus’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu
‘Adi dari riwayat Jabir. Ia berkata: Hadis ini batil dengan sanad tersebut.
Disebutkan dalam kitab Mizan al-I’tidal, al-Dzahabi, bahwa Daruqutni
meriwayatkannya dari al-Mahamili dari Ali bin Abadah. Daruqutni berkata, bahwa
Ali bin Abadah memalsukan hadis. Ibnu ‘Asakir juga meriwayatkannya dalam kitab Tarikh
Damaskus (XXX/160-163). Dan Ibnu al-Jauzi mencantumkannya dalam kitab
al-Maudlu’at)
Ibnu al-Jauzi:
Hadis ini tidak benar dari semua jalur riwayatnya. Dari
jalur riwayat Anas yang pertama, maka disana ada Muhammad bin Abdi, menurut Abu
Bakar al-Khatib: Hadis ini tidak ada dasarnya bagi orang yang memiliki
pengetahuan, Muhammad bin Abdi telah memalsukan hadis baik secara sanad maupun
matan (teks hadis). Yang kedua terdapat Banus, dia majhul tidak diketahui.
Dari jalur riwayat Jabir yang pertama, Muhammad bin
Khalid menjadi perawi tunggal, yang dituduh sebagai pendusta. Yang kedua ada
Ali bin Abadah, menurut Daruquthni: Dia memalsukan hadis. (al-Maudlu’at I/307)
Jalaluddin
al-Suyuthi:
Ibnu Hibban
memiliki dua jalur riwayat. Riwayat pertama terdapat perawi yang bernama Ahmad
al-Yamami, ia dituduh sangat pendusta. Riwayat kedua terdapat perawi bernama
Abdullah bin Waqid, ia dinilai matruk. Tetapi Ahmad bin Hanbal mengomentarinya:
Dia tidak memiliki kesalahan yang berarti. Dari jalur lain adalah sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Abu Husain bin Basyran dalam kitab Fawaid-nya
dari Ali bin Abi Thalib (al-La’ali al-Mashnu’ah I/263)
Al-Fattanni:
Hadis ini punya
banyak riwayat. Dari Anas dan Jabir ada banyak jalur riwayat, dari Abu Hurairah
hanya satu riwayat. Tetapi kesemuanya tersebut memiliki kelemahan. Sementara
dari jalur riwayat Aisyah belum ada yang mengomentarinya, para perawinya adalah
orang-orang terpercaya kecuali Abu Qatadah (Abdullah bin Waqid) yang masih
diperselisihkan. Dengan demikian, riwayat ini sesuai dengan standar kriteria
hadis hasan (Tadzkirah al-Maudlu’at I/93)
Catatan Penulis:
Diriwayatkan juga
oleh al-Hakim (No: 4463) dan Abu Nuaim (al-Hilyah V/11).
Hadis XXVIII
No. 4238 Hal. 376
حديث
" مَا مِنْ عَبْدٍ يُخْلِصُ ِللهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا إِلَّا ظَهَرَتْ
يَنَابِيْعُ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ "
** أخرجه ابن عدي ومن
طريقه ابن الجوزي في الموضوعات عن أبي موسى وقد تقدم .
‘Tidak
seorangpun yang ikhlas kepada Allah selama 40 hari, kecuali akan tampak
pancaran sumber hikmah dari dalam hatinya yang keluar melalui mulutnya’
(Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dan Ibnu al-Jauzi dalam kitab
al-Maudlu’at dari Abu Musa)
Ibnu
al-Jauzi:
Hadis
ini tidak benar jika dari Rasulullah Saw. Sebab dari jalur Abu Ayyub, terdapat
seorang perawi bernama Yazid bin Abd al-Raman al-Wasithi, menurut Ibnu Hibban,
dia sering salah, buruk praduganya, kontradiksi dengan perawi yang lebih
terpercaya, tidak boleh berdalil dengan dia. Ada lagi yang bernama Hajjaj, dia
dinilai negative. Begitu pula Muhammad bin Ismail, dia majhul. Seorang perawi
yang bernama Makhul tidak pernah berjumpa dengan Abu Ayyub, para ulama menilai
Makhul lemah hadisnya.
Dari
jalur Abu Musa, Ibnu ‘Adi menilai hadis ini munkar. Terdapat perawi yang
majhul, yaitu Abd al-Malik. Sementara dari jalur Ibnu Abbas, terdapat perawi
yang dikomentari oleh Ahmad dan Nasa’i: Siwar bin Mush’ab adalah matruk. Yahya
bin Ma’in berkata: Dia tidak dipercaya, hadisnya tidak boleh ditulis
(al-Maudlu’at III/145)
Jalaluddin
al-Suyuthi:
Hadis
ini memiliki jalur lain yang tidak menyebutkan Muhammad bin Ismail dan Yasid
(keduanya dinilai sangat lemah), yaitu dari Makhul secara mursal. Hadis ini
diriwayatkan oleh Abu Nuaim (al-Hilyah X/70), Hannad dalam kitab al-Zuhd
(No: 678), Ibnu Abi Syaibah dalam kitab al-Mushannaf (No: 34344),
dan diperkuat oleh hadis Ibnu Abi al-Dunya dalam kitab Dzamm al-Dunya
(dan al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman No: 10531) dari Shafwan bin
Salim secara mursal, yang berbunyi:
مَنْ زَهَدَ فِي الدُّنْيَا أَسْكَنَ اللهُ الْحِكْمَةَ فِي
قَلْبِهِ
‘Barangsiapa
berperilaku zuhud di dunia, Allah akan memasukkan kata hikmah ke dalam
hatinya.’ (al-La’ali al-Mashnu’ah II/277)
Ali
al-Kannani:
Hadis ini melalui jalur Ibnu Abbas
disebutkan oleh Ruzain al-‘Abdari dalam kitab Jami’-nya. Al-Hafidz
al-Mundziri berkata: Saya tidak temukan hadis tersebut dengan sanad yang sahih
atau hasan, hadis ini hanya ditemukan dalam kitab-kitab dlaif, seperti kitab al-Kamil
V/307 (Ibnu ‘Adi) dan lainnya. (Tanzih al-Syariah II/305)
Al-Sakhawi:
Hadis
ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitab al-Hilyah dari jalur Makhul
dari Abu Ayyub secara mursal, dan sanadnya dlaif. Imam Ahmad juga
meriwayatkannya dalam kitab al-Zuhd secara mursal, tanpa menyebut Abu
Ayyub (al-Maqashid al-Hasanah I/209)
Catatan
Penulis:
Diriwayatkan
juga oleh Ibnu Mubarak (al-Zuhd No: 1014) dan Musnad al-Qudla’i (No: 466).
Hadis XXIX
No. 4291 Hal. 409
حديث
" تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ "
** أخرجه ابن حبان في
كتاب العظمة من حديث أبي هريرة بلفظ ستين سنة بإسناد ضعيف ومن طريقه ابن الجوزي في
الموضوعات ورواه أبو منصور الديلمي في مسند الفردوس من حديث أنس بلفظ "
ثمانين سنة " وإسناده ضعيف جدا ورواه أبو الشيخ من قول ابن عباس بلفظ "
خير من قيام ليلة " .
‘Berfikir
sejenak lebih utama daripada ibadah selama satu tahun’ (Al-Iraqi: Diriwayatkan
oleh Abu Syaikh [Ibnu Hibban] dalam kitab al-‘Adzamah dari riwayat Abu
Hurairah dengan redaksi ’60 tahun’ dengan sanad yang lemah. Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at. Juga diriwayatkan oleh Abu Mansur
al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus dari riwayat Anas dengan redaksi ’80
tahun’, sanadnya sangat lemah. Begitu pula Abu Syaikh dari ucapan Ibnu Abbas
dengan teks ‘lebih baik daripada ibadal semalam’)
Ibnu
al-Jauzi:
Hadis
ini tidak benar. Dalam sanadnya ada dua perawi yang sangat pendusta. Pertama
Ishaq bin Najih, Ahmad berkata: Dia manusia paling dusta. Yahya bin Ma’in
berkata: Dia dikenal pendusta dan pemalsu hadis. Al-Fallas berkata: Dia
berdusta atas nama Nabi Muhammad Saw secara terang-terangan. Kedua adalah
Utsman, menurut Ibnu Hibban: Dia memalsukan hadis atas nama orang-orang
terpercaya (al-Maudlu’at III/144)
Jalaluddin
al-Suyuthi:
Hadis
ini diperkuat oleh riwayat al-Dailami dan Abu Syaikh (Ibnu Hibban) dalam kitab al-Adzamah.
(al-La’ali al-Mashnu’ah II/276)
Hadis XXX
No. 4385 Hal. 463
حَدِيْثُ
" قَالَ لِي جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِيَبْكِ الْإِسْلَامُ عَلَى
مَوْتِ عُمَرَ "
** أخرجه أبو بكر
الآجري في كتاب الشريعة من حديث أبي بن كعب بسند ضعيف جدا وذكره ابن الجوزي في
الموضوعات
‘Jibril
berkata kepadaku bahwa (umat) Islam akan menangis atas kematian Umar’
(Al-Iraqi: Diriwayatkan oleh Abu Bakr al-Ajuri dalam kitab al-Syariah
dari riwayat Ubay bin Ka’ab dengan sanad yang sangat lemah. Dan Ibnu al-Jauzi
mencantumkannya dalam kitab al-Maudlu’at)
Al-Haitsami:
Hadis
ini diriwayatkan oleh al-Tabrani, salah satu perawinya adalah Habib, sekretaris
raja, dia adalah matruk dan sangat pendusta. (Majma’ al-Zawaid IV/101)Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar